Senin, 07 Desember 2009

BISNIS ALA NABI MUHAMMAD SAW




 
 

Nasihat dan Teladan untuk Pebisnis Modern
Bisnis dan perdagangan termasuk dalam kegiatan manusia yang
terpenting. Bisnis dan perdagangan diperlukan karena tidak ada
seorangpun yang dapat hidup dengan sempurna, mampu menyediakan segala
keperluan dan tuntutan hidupnya sendiri tanpa melibatkan orang lain.
Oleh karena itu manusia saling memerlukan, bekerjasama dan saling
tolong menolong.

Islam mendorong ummatnya berusaha mencari rezeki supaya kehidupan
mereka menjadi baik dan menyenangkan. Allah SWT menjadikan langit,
bumi, laut dan apa saja untuk kepentingan dan manfaat manusia. Manusia
hendaklah mencari rezeki yang halal. Firman Allah dalam surah An-Naba
(78): 10-11 :

"Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian. Dan Kami jadikan siang untuk
penghidupan. Dalam ayat itu Allah mengajarkan keseimbangan antara
mencari rezeki untuk kehidupan dan beristirahat (leisure). Malam hari
untuk beristirahat dan mengumpulkan tenaga dan siang hari bekerja
mencurahkan tenaga, berbisnis berdagang untuk mencari rezeki."

Aisyah pernah meriwayatkan bahwa Rasululah bersabda, "Hal-hal yan
paling menyenangkan yang engkau nikmati adalah yang datang dari hasil
tanganmu sendiri, anak-anakmu berasal dari apa yang engkau hasilkan"
(HR. Tirmidzi, Nasa'i dan Ibnu Majah). Nabi juga bersabda, "Berusaha
mendapatkan nafkah yang halal adalah kewajiban disamping tugas-tugas
lainnya yang telah diwajibkan" (HR. Baihaqi).

Beliaupun memberikan nasihat untuk kita yang bisa senantiasa menjadi
motivasi dan perlu diamalkan. Rafi' bin Judaij berkata bahwa
"Rasulullah saw ketika ditanya, usaha apakah yang paling baik? Rasul
menjawab: yaitu usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan semua
jual beli yang baik" (HR. Hakim). Usaha dengan tangan sendiri bisa
dalam bentuk aktivitas jasa, produksi, pertanian, perikanan maupun
yang lain. Sedang jual beli adalah aktivitas bisnis peniagaan barang
dan jasa.

Dalam beberapa hadist Rasulullah SAW memberikan dorongan kepada
ummatnya untuk mencari rezeki dengan berusaha dan berdagang.
Rasulullah sendiri adalah contoh seorang pedagang yang sukses. Ketika
masih kecil beliau telah menemani pamannya Abu Thalib berdagang ke
Syam. Detelah memasuki usia dewasa bahkan beliau sendiri menjalankan
bisnis milik Siti Khadijah ke Syam dan kembali dengan keuntungan yang
besar. Ini adalah bukti kemampuan, kepercayaan dan amanah beliau
sebagai pedagang. Rasulullah SAW bersabda : "Pedagang yang amanah dan
benar akan bersama dengan para syuhada di hari qiyamat nanti" (HR.
Ibnu Majah dan al-Hakim).

Muhammad -yang menjadi pedagang sejak usia muda- mempunyai empat kiat
sukses berbisnis. Yakni, sidiq (benar), amanah (dapat dipercaya),
fatonah (cerdas, cerdik, memahami manajemen dan strategi bisnis), dan
tabligh (kemampuan komunikasi dan meyakinkan relasi atau pembeli).
Bila keempat sifat atau kiat ini ada pada seorang pebisnis, insya
Allah dia akan berhasil. Ini merupakan karakter bisnis yang Islami.
Namun, bisa pula diterapkan oleh siapa pun, sebab ajaran Islam itu
bersifat universal.

Muhammad telah melakukan transaksi-transaksi perdagangannya secara
jujur, adil dan tidak pernah membuat pelanggannya mengeluh atau
kecewa. Ia selalu menepati janji dan mengantarkan barang dagangan
dengan standar kualitas sesuai permintaan pelanggan. Reputasinya
sebagai pedagang yang benar-benar jujur telah tertanam sejak muda. Ia
selalu memperlihatkan rasa tangungjawabnya terhadap setiap transakasi
yang dilakukan. Lebih dari itu, Muhammad juga meletakkan
prinsip-prinsip dasar dalam melakukan transaksi dagang secara adil
(Afzalurrahman, 1996).

Nasihat-nasihat beliau bisa dijadikan sebagai moralitas baru yang akan
membingkai aktivitas para pebisnis hari ini. Muhammad sangat sopan dan
baik hati dalam melakuan transaksi binis perdagangan. Selain itu
beliau juga menasehati para sahabatnya untuk bersikap yang sama kapan
saja dan dengan siapa saja mereka melakukan transaksi. Jabir
meriwayatkan bahwa Rasulullah berkata, "Rahmat Allah atas orang yang
berbaik hati ketika ia menjual dan membeli, dan ketika ia membuat
keputusan" (HR. Bukhori). Dalam kesempatan yang lain Abu Sa'id
meriwayatkan bahwa Rasulullah berkata, "Saudagar yang jujur dan dapat
dipercaya akan dimasukan dalam golongan para Nabi, Shiddiqien dan
Syuhada" (HR. Tirmidzi). Dan banyak lagi ajaran yang menjadi framework
kita dalam berbisnis yang perlu dikaji lebih jauh.

Marketing dalam bisnis adalah sebuah konsep yang dimunculkan untuk
menghasilkan sebuah penjualan atau lebih jauh diharapkan dapat
mendatangkan keuntungan untuk perusahaan atau individu.
Banyak sekali konsep-konsep marketing dibuat seiring denga kemajuan
jaman. Semakin tinggi persaingan maka akan semakin sulit untuk
melakukan penjualan, semakin sulitnya penjualan maka akan semakin
banyak konsep-konsep marketing untuk menghalalkan segala cara untuk
mencapai tujuan. Ada kalanya yang "menyerah" dan beralih ke bidang
lain, tetapi tidak sedikit pula untuk mencapai tujuan mereka mendobrak
etika dalam berbisnis.

Etika adalah sebuah peraturan sosial yang tidak tertulis namun secara
tidak langsung langsung disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh
masyarakat dalam kontek sosial, sehingga bila etika dilanggar maka
hukuman yang timbul juga akan bersifat sosial seperti dijauhi atau
diacuhkan dan yang paling berat adalah dimasukkan dalam daftar hitam
oleh masyarakat.

Setiap masyarakat mempuyai etika yang berbeda sesuai bidangnya
termasuk dalam berbisnis. Pada dasarnya etika dalam berbisnis secara
keseluruhan mempunyai 2 poin utama yaitu tidak menipu atau mengelabui
dan tidak melanggar nilai-nilai kesopanan dalam masyarakat.
Marketing digunakan untuk mendapatkan uang, sehingga kadangkala etika
tidak lagi dipergunakan dalam berbisnis. Saling menjatuhkan, saling
menjilat, saling menginjak hingga melakukan kebohongan seakan-akan
disahkan dalam suatu strategi marketing.

Kecap tidak ada nomor dua, semuanya no 1. Komunikasi dalam promosi
yang membesar-besarkan produk secara berlebihan yang sebenarnay tidak
mencerminkan keadaan produk sebenarnya, sehingga menipu konsumen
seringkali kita jumpai dalam segala bidang. Pergesaran pola pemasaran
dari pola tradisional ke modern semakin mengecilkan etika dalam
berbisnis.

Lalu bagaimana untuk menjalankan bisnis? apakah tidak perlu
marketing?.. tetapi yang perlu diingat pada dasarnya kita akan selalu
melakukan marketing dalam setiap apa yang kita lakukan..!!
Apa yang kita butuhkan? yang dibutuhkan dalam menjalankan bisnis
adalah ilmu dan konsep marketing yang jujur. Kenapa harus jujur?
Perusahaan tentunya ingin mendapatkan hasil yang maksimal denga
berdasarkan kekuatan loyalitas dari konsumennya. Karena pelanggan yang
setia akan selalu menggunakan produknya Kesetiaan tercipta dari
kepercayaan dan kepercayaan lahir dari hubungan yang baik yang
didasari oleh sikap saling percaya. Saling percaya akan terbentuk
apabila keduabelah pihak sama-sama jujur.

Kembali kepada marketing yang jujur, sejauh ini di dunia ada satu
manusia yang paling jujur dan paling dipercaya (al-amin) yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kebeteulan beliau bukan hanya seorang nabi tetapi
sebelum mendapat gelar kenabiannya beliau adalah seorang pengusaha.
Apa yang telah beliau laksanakan dalam berdagang, sangatlah menarik
untuk diperhatikan terlepas dari kapasitasnya sebagai seorang Nabi
utusan Allah SWT, tetapi sebagai seorang pedagang.

Marketing Muhammad adalah marketing yang dilakukan oleh Muhammad pada
abad ke 7, dimana beliau menempatkan sikap jujur , ikhlas,
Profesionalisme, Silahturahmi dan Murah hati sebagai lima rumusan
konsep dalam berdagang yang dilakukan oleh beliau
Kejujuran yang diikuti konsep ikhlas akan membentuk seorang marketer
atau sebuah perusahaan tidak lagi emmandang materi sebagai tujuan
utama. Tetapi lebih terbuka kepada keberhasilan/ keuntungan baik secara
materi maupun non materi bahkan terhadap suatu kegagalan.
Kedua konsep tersebut dibingkai oleh sikap Profesionalisme sehinga
sorang marketer/perusahaan akan memaksimalkan suatu pekerjaan atau
dalam menghadapi masalah, tidak mudah menyerah maupun menjadi pengecut
bila mendapatkan resiko.

Silahturahmi, adalah konsep keempat yang menjembati antar manusia
dengan manusia baik bukan saja antar penjual dan pendagang bahkan
dengan kompetitor sekalipun.

Konsep terakhir adalah konsep Murah hati, konsep ini menjadikan contoh
dari Muhammad dalam menjual dan membeli sehingga akan menimbulkan
respect to people sehingga akan melanggengkan setiap usaha yang akan
kita lakukan.

Sudahkan anda sahabatku menjalankan 5 konsep marketing ala nabi
Muhammad SAW hari ini, dan bagaimana hasilnya menurut anda wahai
sahabat ...?

disadur dari Marketing Muhammad : Strategi Bisnis Nabi Muhammad dalam
memenangkan Persaingan Pasar; Thorik Gunara dkk, 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar