Nama Aziz 'gagap' tiba-tiba saja melambung. Lewat program Opera Van Java (Trans 7), mantan tukang listrik ini kian sukses di ranah komedi. Bahkan popularitasnya melebihi Nur 'Tompel' yang dulu juga berlakon gagap saat melawak.
ISTILAH hidup bak roda berputar agaknya tidak bisa dibantah. Ada waktunya seseorang berada di puncak popularitas, kemudian jatuh bangkrut dan miskin. Begitu juga sebaliknya. Banyak orang miskin tiba-tiba menjadi orang kaya dalam waktu singkat.
Contoh terdekat, lihat saja Mbah Surip. Dari penyanyi yang hidup pas-pasan, kemudian menjadi kaya mendadak saat lagu Tak Gendong yang dinyanyikannya meledak di pasaran. Sayangnya belum sempat menikmati hasil jerih payahnya, Mbah Surip sudah dipanggil menghadap Sang Khalik.
Lalu yang tak kalah fenomenal adalah Azis 'gagap' (37). Pria bernama asli Muhammad Aziz semula bekerja sebagai pemain lenong. Sejak 1991 menekuni seni lenong dan jasa badut, hidupnya tidak pernah berubah. Bagaimana tidak, penghasilannya dari melenong dan membadut hanya Rp15.000 sehari. Kemudian Aziz memutuskan berhenti membadut dan bekerja sebagai pemasang listrik di berbagai proyek perumahan.
Lima tahun lamanya, Aziz menggantungkan hidupnya dari hasil bekerja sebagai tukang listrik. Baru pada 1998, setelah bertemu dengan grup lawak senior Bagito dirinya mulai kembali ke panggung komedi. Namun kali ini tidak melenong, melainkan terjun ke dunia lawak.
Ketika tampil di TVRI, Aziz berniat serius menekuni dunia lawak. Di situ pula dia mendapatkan tawaran memerankan peran gagap seperti yang kini dilakoninya.
Setelah itu Aziz kerap diajak Bagito menjadi bintang tamu dalam setiap pementasan. Tidak hanya di Bagito, grup lawak Patrio pun ikut menggaetnya dalam setiap tampil di televisi sebagai bintang tamu. Dari sana, Aziz mulai sering tampil di layar kaca. Untuk menambah penghasilannya, Aziz juga merangkap sebagai tim kreatif dan pengatur laku.
Dalam suatu kesempatan ada temannya bernama Miang menanyakan keseriusan dirinya ingin menjadi pemain atau penulis cerita. "Akhirnya saya putuskan untuk menjadi pemain. Main di Tawa Sutra dan di TVRI. Alhamdullilah, dari situ saya mendapat tawaran, sampai akhirnya saya bermain di Opera Van Java," terangnya saat dijumpai di sela-sela kesibukannya di Studio Guet, Perdatam, Jakarta Selatan, Kamis (29/10) malam.
Meski mulai kerap tampil di televisi, hidup Aziz belum juga sampai di jalan datar. Untuk menutupi kekurangan biaya rumah, ia kadang-kadang pinjam uang ke sana ke mari. Karena ayah dari Ahmad Fahrizal (14), Maulida Aziz (13), dan Arya Purnama (8) ini tetap bersikeras ingin menjadi pelawak.
"Istri menyuruh saya untuk bekerja di luar melawak. Setiap hari saya terpaksa keluar rumah pamit untuk bekerja, dan pulang bawa uang saya bilang kalau uang itu hasil kerja. Padahal hasil minjam sana-sini. Saat itu tawaran manggung memang sedang sepi," kenangnya.
Opera Van Java rupanya membawa keberuntungan bagi Aziz. Awalnya ia bukanlah pemain utama dalam komedi yang dimainkan Parto, Sule, Andre 'Stingki', dan Nunung tersebut. Ketika itu dirinya hanya mendapat tawaran sebagai bintang tamu. Namun demikian semua itu tidak menyurutkan semangat Aziz untuk terus berkiprah di dunia lawak. "Ternyata rezeki saya di sini (Overa Van Java) sampai akhirnya saya dikontrak. Dan di sini pula saya mulai dikenal orang," lanjutnya.
Kini Aziz sudah banyak dikenal orang lantaran aksi lucunya dalam komedi Opera Van Java. Tawaran menjadi bintang tamu pun dengan mudah menghampirinya. "Alhamdulilah, dari yang mengutang sana sini sama saudara, sekarang saya sudah bisa membantu saudara saya. Dari yang tidak punya apa-apa sampai bisa membangun rumah dan bisa menyumbang," katanya.
Sayang, cita-citanya untuk bisa membahagiakan ibu kurang berhasil. Pasalnya, di tengah kesuksesan yang diraih, sang ibu justru meninggal dunia. "Baru tiga hari menempati rumah yang baru saya bangun, ibu meninggal. Tapi paling tidak saya sudah membahagiakan beliau walau hanya sebentar," katanya.
Berlakon gagap ternyata bukan tanpa tantangan bagi Aziz. Pasalnya, sebelum dirinya berlakon gagap, sudah ada terlebih dahulu seniornya di dunia lawak yang juga berlakon gagap, yakni Nur 'Tompel'. "Saya takut nantinya dikira menyontek karakter orang lain. Rasa takut tidak berhasil memerankan gagap juga ada di pikiran saya. Tapi dengan keyakinan dan kerja keras, akhirnya saya berhasil dan alhamdulilah sampai saat ini," tuturnya.
Dikatakan, tidak mudah memang ngomong gagap. Dengan ngomong gagap ia sering merasa tenggorokan kering. Tapi itu harus tetap dijalaninya demi sebuah peran. "Wah waktu awalnya saya merasa haus terus karena tenggorokan kering saat memerankan tokoh gagap. Tapi karena diimbangi dengan uang yang didapat, mau nggak mau semua itu harus dijalani. Sekarang ini sudah terbiasa," paparnya.
Menurut Aziz, bakat melawak yang ada dalam dirinya dilihat oleh teman-teman sepermainannya. Karena kalau berkumpul dengan teman-temannya ia selalu melucu. "Mereka selalu bilang, kalau nggak ada Aziz nggak rame. Saya pikir-pikir lagi, mungkin saya ada bakat dilawak. Dari situ saya memutuskan untuk ikut melenong dari panggung-ke panggung," urainya.
Kini setelah sukses di dunia lawak, Aziz pun ingin memanfaatkan aji mumpung seperti kebanyakan artis lainnya. Industri musik akhirnya dilirik Aziz. Lewat tangan dingin temannya yang bukan dari kalangan musisi terkenal, ia berhasil melahirkan dua single yang dalam waktu dekat akan dirilis. "Ingin aja gitu mencoba, bagaimana ya kalau menyanyi dengan suara gagap, kan belum ada. Single-nya sudah jadi, judulnya Bolong Lagi dan Putus," ungkapnya.
Dalam melawak, Aziz tidak memilih siapa lawan mainnya. Asal bisa nyambung dengan kerangka cerita yang dimainkan, ia oke-oke saja. "Siapa pun orangnya tidak masalah. Ini kan pekerjaan saya, jadi saya harus bisa bermain dengan siapa pun tanpa membeda-bedakan," tukasnya.
Eloknya di tengah popularitas sedang ada di puncak, Aziz tidak terlena dan lupa diri. Aziz ingin saat menginjak usia 40, dirinya ingin berhenti dari dunia lawak dan menikmati hidup dengan tenang. Sampai saat ini, Aziz merasa sudah cukup apa yang didapatkannya. Ia tidak ingin berlebihan. Bisa menafkahi keluarga dengan layak, menurutnya itu sudah lebih dari cukup. "Bagi saya waktu tiga tahun mencari uang itu sudah cukup, saya ingin nikmati hari tua saya di daerah penggunungan. Anak juga rencana mau saya 'pesantrenkan' biar hidup saya tenang kalau anak sudah ada bekal agamanya," paparnya. O vini rizki amelia
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar