KALIGRAFI merupakan salah satu seni menulis dengan indah yang sudah berkembang ratusan tahun silam. Akan tetapi, saat ini, masyarakat secara umum lebih mengenal kaligrafi sebagai kebudayaan Islam.
Pasalnya, kaligrafi banyak menggunakan tulisan arab yang diambil dari khasanah Islam, baik Al-Quran maupun Hadist, yang dilukis secara indah dan presisi. Tulisan arab indah ini sering terlihat menempel di dinding-dinding masjid atau musholla dalam bentuk hiasan dinding, pahatan kayu, atau lukisan.
Salah satu seniman kaligrafi adalah Muhajir Al Anshory, pemilik Divani Islamic Calligraphy. Pemuda 26 tahun ini sudah sekitar lima tahun silam menekuni usaha dekorasi kaligrafi dinding.
Boleh jadi, seni dekorasi kaligrafi yang ditekuni Muhajir adalah padian seni kaligrafi. Pasalnya, Muhajir mengecat langsung kaligrafinya di dinding atau tembok masjid menggunakan cat tembok."Kaligrafi jenis ini sangat spesifik, sehingga pemain profesionalnya bisa dihitung dengan jari," ujar Muhajir yang juga lulusan perguruan tinggi Al-Quran di Jakarta ini.
Boleh dibilang, kue pasar usaha ini lumayan menggiurkan lantaran banyak. Misalkan saja, untuk masjid dan musholla baru, atau masjid dan musholla yang perlu dekorasi ulang. Pun, untuk rumah-rumah pribadi yang ingin menampilkan citra islami.
Secara finansial, modal usaha jenis ini tidak besar. Hanya saja, untuk modal skill lumayan besar. "Pelaku usaha ini harus mengerti Al-Quran dan Hadist, seni kaligrafi, mengerti teknik ukur dan ilmu material, serta harus pandai berpromosi," lanjut Muhajir yang sempat mengenyam beberapa kursus kaligrafi di Sukabumi dan Jakarta ini.
Untuk pengertian Al-Quran dan Hadist, mutlak diperlukan. pasalnya tiap masjid yang akan didekor punya kebutuhan berbeda. "Kalau masjidnya dibangun di kantor hukum misalkan, maka ayat yang ada harus disesuaikan dengan hukum. Kalau di kantor bank, pakai ayat tentang ekonomi. Kalau di perumahan, pakai ayat tentang ajakan atau keutamaan sholat," lanjut Muhajir
Lalu, pelaku harus menguasai teknik ukur. Artinya, pengukuran antara panjang ayat dengan luasan dinding yang tersedia. Apakah bidang yang akan dicat berbentuk memanjang (lari) atau berbentuk persegi, atau oval seperti di kubah masjid. "Seni ini benar-benar beda dengan seni lukis bebas. Karena ukuran hurufnya harus presisi," lanjut Muhajirin.
Kerumitan lain lagi, pelukisan kaligrafi ini sifatnya langsung ke dinding. Sehingga, jika terjadi kesalahan, pelukis harus menghapus kesalahannya dengan memberi blok pakai cat warna hitam. Artinya, terjadi dua kali pengerjaan. "Untuk cat, kami pakai car arkrilik merek Mowillex yang kualitasnya paling bagus," beber Muhajir.
Lantaran rumit, Muhajirin mengaku hanya menerima maksimal dua proyek pengerjaan kaligrafi dalam sebulan. Satu kali proyek bisa memakan waktu antara seminggu sampai tujuh minggu tergantung tingkat kerumitannya. "Untuk pengerjaanya saya dibantu empat karyawan," ujarnya.
Untuk harga dasarnya, mulai dari Rp 250.000 per lari dan mulai Rp 500.000 per meter persegi. "Paling tinggi, secara total untuk satu masjid di daerah Bekasi, saya pernah dapat sampai Rp 125 juta," tukas bungus dari empat bersaudara ini.
Dari harga dasar tersebut, Muhajirin bisa mendapat margin antara 60% sampai 85%. Sementara sisanya untuk biaya bahan baku cat, biaya transport serta biaya makan. "Sebagai karya seni, sifat dekorasi kaligrafi ini fleksibel, bukan seperti jualan produk," terang Muhajir.
Pasalnya, kaligrafi banyak menggunakan tulisan arab yang diambil dari khasanah Islam, baik Al-Quran maupun Hadist, yang dilukis secara indah dan presisi. Tulisan arab indah ini sering terlihat menempel di dinding-dinding masjid atau musholla dalam bentuk hiasan dinding, pahatan kayu, atau lukisan.
Salah satu seniman kaligrafi adalah Muhajir Al Anshory, pemilik Divani Islamic Calligraphy. Pemuda 26 tahun ini sudah sekitar lima tahun silam menekuni usaha dekorasi kaligrafi dinding.
Boleh jadi, seni dekorasi kaligrafi yang ditekuni Muhajir adalah padian seni kaligrafi. Pasalnya, Muhajir mengecat langsung kaligrafinya di dinding atau tembok masjid menggunakan cat tembok."Kaligrafi jenis ini sangat spesifik, sehingga pemain profesionalnya bisa dihitung dengan jari," ujar Muhajir yang juga lulusan perguruan tinggi Al-Quran di Jakarta ini.
Boleh dibilang, kue pasar usaha ini lumayan menggiurkan lantaran banyak. Misalkan saja, untuk masjid dan musholla baru, atau masjid dan musholla yang perlu dekorasi ulang. Pun, untuk rumah-rumah pribadi yang ingin menampilkan citra islami.
Secara finansial, modal usaha jenis ini tidak besar. Hanya saja, untuk modal skill lumayan besar. "Pelaku usaha ini harus mengerti Al-Quran dan Hadist, seni kaligrafi, mengerti teknik ukur dan ilmu material, serta harus pandai berpromosi," lanjut Muhajir yang sempat mengenyam beberapa kursus kaligrafi di Sukabumi dan Jakarta ini.
Untuk pengertian Al-Quran dan Hadist, mutlak diperlukan. pasalnya tiap masjid yang akan didekor punya kebutuhan berbeda. "Kalau masjidnya dibangun di kantor hukum misalkan, maka ayat yang ada harus disesuaikan dengan hukum. Kalau di kantor bank, pakai ayat tentang ekonomi. Kalau di perumahan, pakai ayat tentang ajakan atau keutamaan sholat," lanjut Muhajir
Lalu, pelaku harus menguasai teknik ukur. Artinya, pengukuran antara panjang ayat dengan luasan dinding yang tersedia. Apakah bidang yang akan dicat berbentuk memanjang (lari) atau berbentuk persegi, atau oval seperti di kubah masjid. "Seni ini benar-benar beda dengan seni lukis bebas. Karena ukuran hurufnya harus presisi," lanjut Muhajirin.
Kerumitan lain lagi, pelukisan kaligrafi ini sifatnya langsung ke dinding. Sehingga, jika terjadi kesalahan, pelukis harus menghapus kesalahannya dengan memberi blok pakai cat warna hitam. Artinya, terjadi dua kali pengerjaan. "Untuk cat, kami pakai car arkrilik merek Mowillex yang kualitasnya paling bagus," beber Muhajir.
Lantaran rumit, Muhajirin mengaku hanya menerima maksimal dua proyek pengerjaan kaligrafi dalam sebulan. Satu kali proyek bisa memakan waktu antara seminggu sampai tujuh minggu tergantung tingkat kerumitannya. "Untuk pengerjaanya saya dibantu empat karyawan," ujarnya.
Untuk harga dasarnya, mulai dari Rp 250.000 per lari dan mulai Rp 500.000 per meter persegi. "Paling tinggi, secara total untuk satu masjid di daerah Bekasi, saya pernah dapat sampai Rp 125 juta," tukas bungus dari empat bersaudara ini.
Dari harga dasar tersebut, Muhajirin bisa mendapat margin antara 60% sampai 85%. Sementara sisanya untuk biaya bahan baku cat, biaya transport serta biaya makan. "Sebagai karya seni, sifat dekorasi kaligrafi ini fleksibel, bukan seperti jualan produk," terang Muhajir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar