Personal Branding a la Syekh Puji
Ilmu Pemasaran (marketing) kini makin populer saja. Para mahasiswa, karyawan, politisi dan pengusaha banyak yang menaruh minat pada disiplin ilmu ini. Salah satunya tentang Personal Branding. Apalagi ketika Obama sukses menerapkannya sehingga terpilih jadi Marketer of the Year sekaligus Presiden Amerika Serikat.
Di negara maju, para pesohor tak segan berkonsultasi kepada personal branding consultant, untuk membantu mereka mendongkrak sekaligus mempertahankan kepopuleran. Bagaimana praktik di negara kita?
Sayangnya di negara kita cara-cara sebagian orang mengerek merek diri kerap bertabrakan dengan norma-norma masyarakat. Bahkan jalur-jalur ilegal, alias melanggar hukum, mereka pakai untuk mendongkrak citra diri. Gelar akademis mereka beli dan pasang di depan nama mereka. Kalau sungkan atau ragu memasang gelar akademis seperti Doktor, gelar Doctor Honoris Causa pun relatif mudah untuk mendapatkannya, asal menyetor duit 100-500 juta. Penghargaan atau award sebagai The Most Succesful Businessman pun tak sulit-sulit amat untuk meraihnya. Asal itu tadi.. mesti mau menyediakan uang sekian ratus juta.
Pengen ditayangkan di televisi berkali-kali dalam seminggu? …bisa diatur. Seorang bintang yang lagi menurun pamornya bisa menghubungi produser atau bagian 'marketing' rumah produksi yang punya program infotainment di teve swasta agar diekspos dalam beberapa hari ini. Isu atau gosip bisa di-create. Sang bintang lagi perang dingin dengan suaminya, punya selingkuhan, rencana mau pindah rumah, ingin segera punya momongan, mau berangkat umroh… gampang saja direka-reka.
Mau cara yang lebih bernuansa ilmiah? Tawarkan proposal (tentu saja bukan dia sendiri yang membawa proposal) ke sejumlah himpunan mahasiwa jurusan atau BEM agar mengundang dirinya jadi pembicara di seminar, workshop atau acara kemahasiswaan lainnya. Mau tulisan Anda dimuat rutin jadi rubrik tetap di majalah, tabloid atau koran? Sejumlah redaksi atau wartawan amplop (biasanya media yang belum mapan) dikabarkan bersedia 'bekerja sama' agar tulisan atau aktivitas kita sekaligus foto kita terpajang di media mereka. Apalagi kalau Anda mampu menulis seratus artikel marketing seperti Pak Hermawan Kertajaya, ya go ahead saja …
Mau cara yang lebih sensasional? Banyak cara bung … Antara lain misalnya… menyewa pesawat kecil, woro-woro sedikit ke warga kampung, bocorkan rencana ke beberapa kolega wartawan, lalu tebar uang seribuan lima-ribuan sepuluh-ribuan senilai total sekitar 50 juta melalui udara. Jangan lupa bikin konferensi pers di hotel mewah sesudahnya. Ini termasuk radical marketing atau anti marketing? tanya mahasiswa saya.
Mau cara yang lebih elegan? Bisa juga, tapi butuh waktu nih… Bikin dan rumuskan issu yang relevan, misalnya: CHANGE WE BELIEVE IN atau Apa Bisa Tahan? atau Kita Pasti Bisa. Lalu bikin tim atau sewa konsultan media (misalnya Fox) untuk menggarap baliho, media cetak, elektronik dan jangan lupa yang lagi tren sekarang: jejaring sosial, MySpace, Facebook, Friendster, situs pribadi, blog, Twitter, Plurk dll. Coba umumkan program kontes bikin tulisan/makalah pendek mengatasi kemiskinan. Atau kontes bikin poster. Cara pak Obama membuat panduan yang jelas dan gamblang dalam membentuk tim sukarelawan atau volunteer di daerah masing-masing rasanya tidak akan jalan di sini. Banyak sih program, event, dll yang bisa diciptakan…. Kalau pekerjaan ini sih jagonya pak Denny JA dari LSI
Cara yang lebih mudah? Wah yang ini awak mesti belajar sama Syekh Puji. Bapak brewok yang satu ini bernama asli Pujiono Cahyo Widianto, lalu oleh beliau ditambahkan lagi embel-embel gelar Syekh DR HM.Pengasuh pondok pesantren Miftahul Jannah sekaligus bos pengusaha ekportir kaligrafi dan kerajinan kuningan PT Sinar Lendoh Terang (Silenter) beromzet 100 milyar-an baru-baru ini sukses mendongkrak popularitasnya di tanah air. Pengusaha sekaligus peraih penghargaan Bapak Pendidikan Kabupaten Semarang 2006 dari Pemkab setempat itu sudah biasa bersedekah melalui tradisi bagi-bagi zakat senilai 1 milyar rupiah di akhir bulan Ramadhan. Terakhir niatnya mengawini Lutfiana Ulfa, gadis yang usianya belum genap 12 tahun dan menjadikannya General Manager termuda dari PT Silenter mampu mencuri perhatian media dan masyarakat kita yang haus sensasi. Kyai pengasuh ponpes di desa Bedono, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang sehari-harinya suka memakai baju semacam gamis berwarna putih dan memelihara berewok lebat hingga ke dada. Simpanan uangnya yang beratus milyar disimpan dalam peti besi besar yang ditaruh di dekat teras rumahnya yang luas dan dijaga beberapa pengawal terpercaya. Belasan koleksi mobil mewah, semuanya bernomor H 1, salah satunya Mercy yang harganya 2,5 milyar, dipajang di garasi di kompleks pesantren.
Ingin seperti Syekh Puji? Konon Syekh Puji mendapat resep cesplengdari nasehat Mbah Mad dari pondok pesantren Watucongol, Muntilan, Magelang. Biasakanlah membaca wirid dengan membaca shalawat Nariyah selama 18 bulan mulai jam 12 malam sampai pagi, tidak tidur malam sama sekali. Selama tirakat perbanyaklah doa, wirid dan baca salawat. Namun jangan lupa kerja keras dan banyak-banyak sodaqoh.
Tambahan ritual yang harus dijalani adalah menjalani puasa nglempus yakni tidak makan-minum dan tidur selama beberapa hari. Bisa 3 atau 7 hari, bahkan 11 hari berturut-turut puasa tidak makan-tidak minum dan tidur. Demikian resep pemasaran bernuansa spiritual dari Syekh Puji yang masih berusia 43 tahun ini. Masih ingin jadi seperti Syekh Puji?
Salam dahsyat dan super sekaligus …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar