Seorang muslim percaya bahwa 9 dari 10 pintu rejeki itu lahir dari sesuatu yang namanya berniaga. Ciaelah berniaga! Ya betul, dagang atau jualan itu katanya memang paling yahud! Tapi banyak juga orang yang kerja kantoran/tidak berniaga juga kaya raya dan punya harta berlimpah, jadi apa betul?

Ini dia yang harus kita cermati. Apakah rejeki itu sesuatu yang absolut sama dengan harta/uang/materi? Mungkin rejeki yang dimaksud di sini adalah rejeki yang berkah, rejeki yang diridhoi, rejeki yang LAPANG. Rejeki yang merupakan sesuatu yang membawa kepada kebahagian dan kepuasan batin. Jadi rejeki disini bukan dalam ukuran kuantitas. Apa 1 milyar itu rejeki? Kalau pemiliknya selalu dagdigdug dan tidak tenang? Jadi rejeki itu bisa diartikan dalam berbagai hal. Bisa jadi ada yang bayarin makan kita sebut rejeki, diberikan tumpangan pulang juga bisa kita sebut rejeki, dibantu mengerjakan tugas juga bisa kita sebut rejeki.

Lantas apa hubungannya dengan berniaga/berdagang. Kalau dipikir-pikir, orang berdagang itu pasti berhubungan dengan orang banyak, dengan masyarakat, dengan pemerintah, pokoknya hampir dengan seluruh elemen yang ada. Dengan demikian maka silaturahmi semakin meluas, kenalan semakin banyak, bisa jadi dari orang kaya, pegawai, tukang parkir, pengamen, dll. Gaulnya jadi banyak koneksi!

Koneksi yang banyak tadi tentu dapat membantu si pedagang dalam setiap permasalahan yang dialaminya. Mau cari tiket murah, eh ada klien yang kerja di travel agent. Dipalak sama preman, eh temen gw kan yang megang daerah sini. Kesasar di Jakarta Utara, si doi yang kerja di Mangga Dua bisa jemput gak ya? Semua itu adalah rejeki! Rejeki dalam arti luas, rejeki yang membuat hidup kita menjadi lebih mudah.