Kewirausahaan dan Strategi Bisnis: 10 kendala bisnis utama menurut Penelitian
Oleh Ipan Pranashakti. www.ipan.web.id
Kendala bisnis dalam pengembangan dan pertumbuhan usaha kecil secara rata-rata lebih majemuk daripada perusahaan besar dengan jenjang bisnis yang nasional atau internasional. Karena strategi bisnis perusahaan besar telah melampaui masa-masa kedewasaan, baik didapatkan secara alami dalam proses, improvisasi atau menggunakan jasa konsultan bisnis sebagai arahan konsultasi utama.
Dalam sebuah penelitian oleh A McKinsky & Company, 10 kendala bisnis utama dalam pertumbuhan dan pengembangan bisnis antara lain:
1. Tidak terjadinya penjualan
Dapat saya jelaskan bahwa, Banyak UKM yang mencoba bangkit dari usaha yang minim menuju level yyang lebih bak terhambat oleh tidak terjadinya penjualan, atau dengan kata lain penjualan masih tidak menentu dan tidak dapat menyeimbangkan dengan potensi produksi. Sedangkan biaya produksi baik bahan baku, SDM, operasional, biaya teknis (listrik, telp) tetap harus terbayar. Kemampuan menjual berhubungan dengan kualitas produk/layanan, strategi marketing, relationship dan membaca peluang/perubahan pasar.
2. Biaya Awal yang tinggi
Biaya Awal yang tinggi adalah biaya untuk operasional dan perputaran awal. Bisa diartikan bahwa belum ada strategi keuangan dalam pengertian improvisasi anggaran dan belanja. Bisa juga diartikan ketika masih mendirikan usaha pada awalnya tentu menguras dana untuk membeli semua bahan dan penduukngnya, sehingga terkadang wirausahawan baru membli bahan tanpa prediksi untuk jangka waktu yang efektif, karena dalam tahap awal belum tentu ada lonjakan penjualan yang tinggi,
3. Kurangnya keterampilan
Bisnis sebagai roh dari usaha kecil dan menengah sering kali melupakan aspek rekrutmen dan kualifikasi SDM yang jelas,dan lebih kepada merekrut teman sendiri, tetangga, saudar dll. Sehingga kalifikasi prekrutan SDM tanpa standar minimal, yah mungkin standar minimalnya hanya 'mau' dan 'kenal'. Ketrampilan dibutuhkan dari semua lini, mulai dari produksi, efektitas keuangan, pemasaran, SDM, namun dari unsure tersebut kebanyakan kebih kepada keterampilan produksi yang standar, berkualitas nasional/dunia. Jangan salah bahwa membuat tas dari anyamanpun jika diproses dengan pengeringan yang baik dan sterilisasi yang sistemik akan menghasilkan barang yang ketika dieksport tidak akan rusak /cacat sampai ke luar negeri. Cacat bisa dalam bentuk jamur, lecet, lepas partikelnya, steples/baut/kancing karatan dll.
4. Tidak adanya produk yang baru
Produk baru dari sisi teknis maka adalah pruduk sebagai penyempurna dan inovasi. Motor Honda saja terus di sempurnakan walau sudah handal. Apalagi seharusnya produk usah akecil yang rentan dengan pergeseran kebutuhan publik. Produk baru bisa diartikan bahwa perubahan teknologi dan tingkat kemapanan ekonomi mempengaruhi permintaan peningkatan nilai dari sebuah produk. Bisa mengksutom produk lama menjadi baru, bisa menciptkan produk baru yang berbasis pengembangan produk lama atau produk benar-benar baru namun lahir dari tingginya permintaan pasar.
5. Akses ke pendanaan
Kita paham usaha kecil dan wirasuhawan pemula terkadang kurang memahami unsur kewirausahaan dari aspek manajemen cash flow. Bisa juga memahami sistem pembayaran tunda dari pelanggan atau agent. Hal ini sebagai langkah strategis dalam azas bisnis yaitu kerjasama kemitraan dari aspek rantai distribusi, yang terkadang tingginya level distribusi menghambat akses pembayaran. Hal lain, bahwa akses pendanaan juga menjadi kendala dari tingginya permintaan namun kecilnya modal atau modal produksi/modal kerja. Sehingga pengusaha kecil sebaiknya menggunakan rantai distribusi yang pendek dengan jangka pembayaran yang pendek, agar optimalisasi akses pendanan cepat terpenuhi. Faktor lain adalah tidak terpenuhinya aspek pengetahuaan pengajuan kredit, padahal Negara sudah memberikan peluang kreddit dengans syarat lunak dan dibantu akses manajerialnya
6. Keuntungan yang tidak mencukupi
Strategi bisnis yang mendasari sebagin UKM dan wirausahawan masih berorintasi pada kuanitas penjualan. Misal persaingan harga yang sangat jenuh yang terkadang menjadi pemicu penjualan dan pemasaran harga murah. Kejenuhan akan produk sejenis yang ditawarkan semakin tinggi, pilihan semakin beragam, sedangkan daya beli masyarakat menurun, karena masyarakat dipengaruhi kenaikan harga, termasuk biaya pendidikan dll. Demi menarik peminat, terkadang harus menyertakan diskon tinggi, atau dengan kata lain bahwa diskon rate menjadi penentu dari faktor terjualnya barang, padahal biaya produksi justru semakin meningkat. Ini yang terkadang melemahkan usaha menengah dan kecil. Faktor lain tidak dikuasainya strategi bisnis berbasis pemasaran efektif, sehingga banyak pengusaha frustasi karena tempo penjualan yang panjang, maksudnya bahwa kekawatiran dari pedagang atau produsen akan menumpukknya stok karena pemasaran yang tidak baik memacu untuk mengobral stok yang ada, ini mungkin sering terjadi di usaha pemodal terbatas, sehingga dengan harga-harga diskon tersebut menyebabkan keutungan yang minim.
7. Tidak adanya kepercayaan diri
Pernah saya coba menawarkan layanan pembuatan web gratis kepada beberapa UKM di wilayah saya, untuk memacu aspek marketing nya, sehingga mampu mendekatkan kepada pasar dengan peluang yang baik. Apa yang terjadi, penolakan karena tidak percaya diri terhadap usaha yang ada. Saya heran tetapi saya maklum, akhirnya saya sedikit berpikir inilah era teknologi yang bisa dimanfaatkn untuk pengemabangan UKM namun terganjal karena ketidak percaya dirian pelaku-pelaku UKM. Web gratis loh.
Ternyata ketidakpercayaan diri ini juga mempengaruhi pelaku UKM untuk tidak berani mengembangkan diri dalam produknya, takut gagal, takut tidak laku. TErmasuk bahwa merasa tidak mempunyai strategi bisnis yang baik sehingga untuk mengajukan kredit ke BPR atau Bank tidak berani, walaupun peluang sudah ada didekat matapun.
8 . Pemasok yang berbiaya tinggi
Dalam memacu produksi terkadang pengusaha melibatkan banyak upaya dalam penguatan alat, penguatan koneksi dll, namun lupa membangun relationship yang baik dengan pemasok. Dalam rumusan bisnis dan strategi bisnisnya tidak tersirat dengan baik alur strateginya, sehingga terkadang pemasok lebih suka berelasi dengan pengusaha besar yang lebih peduli kepada pemasok, termasuk pembayaran yg lebih jelas waktunya. KEtidakbaikan hubungan dengan pemasok karena kurang strategi pendekatan ini, memacu pemasok untuk tidak bergantung pada satu sisi penampungnya. Apa yang terjadi, ketika tiba-tiba sang pelaku UKM mendapatkan pesanan yang sedikit banyak, harus menggantungkan pemasok, sedangkan pemasok tidak mempunyai ketergantungan pada penampungnya. Dampaknya ada pada harga karena harga bukan harga special relasi, itupun pelaku UKM harus mengambil sendiri bahan dengan sopir dan mobilnya,lembur lagi. Sehingga bisa dikatakan pelaku usaha kecil terkadang tidak bisa berkembang karena faktor manajemen relationship dengan pemasok, ditambah kondisi Indonesia yang harga bahan dasar dan operasional tidak stabil, misal bensin, minyak onderdil, biaya angkut dll. BIaya tinggi di pemasok juga diengaruhi oleh kuantitas pembelian, tentu jika pelaku UKM membeli 100 dose dengan pengusaha besar yang membeli sekaligus 10000dos untuk berbagai cabangnya, harga lebih murah kepada pengusaha besar.
9. Hambatan birokrasi
Temen saya sedang mengembangkan usaha lulur di daerah ringroad timur Yogyakarta, ketika usaha bertambah maju mencoba berdiskusi tentang strategi bisnis dengan saya karena pesanan semakin banyak tapi justru ada ketakutan, yaitu bahwa produk lulur kesehatan harus dengan izin resmi dari POM dan Depkes. Temen saya bingung karena tidak paham betul dengan birokrasi yang ada sehingga saat ini omset sengaja tidak dikembangkan sesuai pasar, karena takut diketahui oleh aparat. Birokrasi seperti ini juga mampu menghambat pelaku UKM, terutama karena ketidaktahuannya, dirasa semua perizinan benar-benar sosok yang menakutkan dna menyulitkan. Secara budaya di Indonesia memang birokrasi apartur pemerintahan terkadang dibuat rumit oleh pelaku bawahannya, agar menimbulkan peluang kolusi yang mengandung rupiah.
10. Suku Bunga tinggi
MInggu ini pemerintah menaikkan suku bunganya, walau dalam koma-koma persen yang kecil. Karena selama ini ketika suku bunga bank tinggi dibarengi dengan kenaikan BBM, tarik listrik dll, pengusaha semakin kesusahan dengan proses cicilan. Begitu juga pelaku UKM yang sedang mengajukan keredit, membayangkan bunga nya saja sudah resah dan kawatir, belum lagi harus membayangkan bunga kredit kendaraan bermotornya. Ini yang harus disikapi pemerintah bersama dengan masyarakat.
Sukses selalu UKM dan pelakunya dengan strategi bisnis yang hebat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar