Kamis, 04 Februari 2010
Bisnis/ Usaha Siomay
Siomay Kriuk Terjual 1.000 Mangkok/ hari
siomay
Dalam kehidupan sehari-hari kita seringkali menjumpai makanan siomay. Kalau tidak dijajakan oleh abang-abang yang berkeliling dengan sepeda pancal, mungkin akan dijumpai di gerobak kaki lima.
Masih sangat jarang, kita menjumpai counter siomay di tempat perbelanjaan modern. Dengan sendirinya, siomay berkesan sebagai makanan rakyat kelas menengah ke bawah. Sejatinya tidak demikian. Masyarakat kelas menengah ke atas pun juga banyak yang menggemari makanan berbahan baku tepung ikan tersebut.
Siomay sudah banyak dijumpai dalam keseharian kita. Namun belum banyak pengusaha yang mencoba mengangkat derajat siomay.
Sayangnya, belum banyak pengusaha yang mencoba untuk mengangkat derajat siomay sehingga bisa hadir di tempat perbelanjaan modern.
Adalah Ibnu Kholid yang berusaha membuat terobosan untuk mengangkat derajat siomay. Dengan mengusung nama Somay Mangkok Kriuk-kriuk, Ibnu mencoba membidik konsumen kelas menengah ke atas.
Untuk bisa membidik segmen ini, tentu saja ia harus melakukan beberapa perubahan mendasar. Yang pertama-tama, adalah memperbaiki cita rasa siomay. Kedua, memperbaiki cara penyajiannya.
Pada umumnya, siomay disajikan di atas piring kecil atau dibungkus plastik jika konsumennya ingin membawa pulang. Namun, Somay Mangkok Kriuk-kriuk disajikan di dalam mangkuk yang terbuat dari pangsit, sehingga bukan hanya siomay saja yang bisa dilahap, tetapi mangkoknya pun terasa lezat.
Untuk konsumen yang ingin membawa pulang, siomay ditaruh di dalam mangkok kemudian dimasukkan ke dalam bungkus kertas yang apik.
Meski siomay ini ditujukan untuk kelas menengah ke atas, bukan berarti investor harus merogoh kocek dalam-dalam. Karena dalam pola kerjasama ini Ibnu hanya investasi Rp 2,7 juta bagi calon mitranya.
Modal itu sudah termasuk di dalamnya semua alat perlengkapan, counter, terpal, dan gembok. "Overhead siomay kecil, tidak sebagaimana berjualan mie. Bahkan minyak tanah satu liter pun bisa dipakai untuk satu minggu," ujar Ibnu yang mengaku memiliki trik tersendiri untuk berhemat.
Ibnu mengaku mempunyai alasan tersendiri untuk mengembangkan bisnis siomay. Selain karena modal dan overheadnya kecil, menjual siomay risikonya juga sangat kecil karena makanan ini bisa bertahan sampai empat hari.
Pengembalian modal relatif singkat (antara tiga sampai empat bulan). "Makanan ini juga sudah sangat familiar di kalangan masyarakat dan pengelolaannya pun mudah karena kami sudah melakukan sistematisasi dan standarisasi,"lanjut Ibnu.
Lantaran itu semua, sudah banyak yang mengajukan diri sebagai mitra. Menurutnya, ada seorang pengusaha furniture di Pondok Bambu yang langsung mengambil lima counter. "Kalau tempatnya di mall, saya jamin bisa menjual 100 mangkok per hari," tambahnya.
Tempat lain yang strategis adalah kolam renang, sekolah-sekolah favorit, rumah sakit, tempat hiburan, dan tempat-tempat wisata.
Bagi mitra yang ingin bergabung, tambah Ibnu, pihaknya akan tidak akan memungut royalty fee dan franchise fee. Pihaknya juga akan memberikan dukungan meliputi pasokan bahan baku, sistem operasional, pemasaran, rekrutmen dan pelatihan karyawan serta pemilihan lokasi. "Semua investasi sepenuhnya milik Anda," janji Ibnu.
Jika perkembangannya nanti sesuai dengan rencana, di wilayah akan ada master franchise yang berhak untuk menerapkan pola kemitraan KSO di wilayah yang bersangkutan. (Rahmat Saepulloh)
Sumber : http://www.karir-up.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar