Rabu, 21 Desember 2011

Presiden SBY: Indonesia Harus Bangkitkan Kejayaan Islam

Liputan6.com, Jakarta: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berharap Indonesia dapat menjadi garda terdepan untuk kebangkitan kembali kejayaan peradaban Islam. Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia seharusnya dapat menyumbang banyak untuk membangkitkan kembali peradaban emas Islam seperti 14 abad silam. Harapan ini disampaikan Presiden SBY dalam pidatonya pada peringatan Isra Miraj 1431 di Istana Negara, Jumat (9/7) malam.

"Negara-negara Islam di dunia juga meletakkan harapan kepada bangsa kita sebagai salah satu pemimpin kebangkitan kembali kejayaan Islam di abad ke-21," ujar Presiden SBY, seperti ditulis Antara. Peradaban Islam sesungguhnya adalah bagian dari puncak peradaban manusia yang dapat tumbuh berdampingan dengan peradaban umat lainnya di dunia secara damai.

Presiden SBY meminta masyarakat Indonesia harus berperan aktif dan menjadi pelaku dalam kemajuan dunia Islam. Umat Islam di Indonesia dan umat Islam dari negara lain juga harus aktif berkontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban dunia.

Ajaran Islam, lanjut Presiden SBY, juga membawa tata nilai dan budaya yang berorientasi pada perilaku dan cara pandang kreatif, inovatif, dan berkeadaban. Ini semua dapat melahirkan tatanan masyarakat maju dan berpengetahuan. "Tata nilai dan budaya yang luhur dari Peradaban Islam itu yang harus terus kita wariskan dan kita kembangkan," ujar Presiden SBY.(ULF)

Indonesia Akan Menjadi Negara "Super Power"

Komhukum (Kuala Lumpur) - Indonesia memiliki peluang menjadi negara "super power" di abad 21 ini mengingat sebagai negara berpenduduk besar, memiliki etos kerja, semangat tinggi untuk mengubah nasib dan berpikiran maju. 

"Oleh karena itu, siapa pun tidak boleh memandang remeh dan rendah apalagi hina terhadap bangsa Indonesia karena bangsa Indonesia akan menjadi negara super power di abad 21," kata anggota Eminent Persons Group (EPG) Indonesia, Dr Musni Umar, ketika menjadi pembicara hari pertama dalam konferensi dua hari yang bertajuk "The Future Malaysia-Indonesia Relations" di Kuala Lumpur, Senin (25/7).
 
Menurutnya, sekurang-kurangnya ada lima hal yang dimiliki bangsa Indonesia untuk maju menjadi negara besar di pertengahan abad 21.
 
Pertama, memiliki penduduk yang besar dan etos kerja, serta semangat tinggi untuk mengubah nasib dan maju. Ini modal yang sangat penting bagi bangsa Indonesia untuk maju meraih kejayaan.
 
Kedua, memiliki kekayaan alam yang luar biasa yang selama ini belum dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kemakmuran seluruh bangsa Indonesia.
 
Sekarang ini, kata dia, masih dikuasai dan dijarah oleh kekuatan neo imperialisme dan neo kapitalisme. "Ini harus segera dihentikan," tegasnya.
 
Ketiga, bangsa ini telah memiliki banyak putera-puteri terbaik yang berpendidikan tinggi, berdedikasi, dan bersemangat tinggi untuk membangun Indonesia yang maju, mandiri dan sejahtera.
 
Keempat, telah muncul pemimpin-pemimpin lokal yang berwawasan nasional dan berhasil membangun daerahnya. Kemajuan daerah bisa menjadi bola bagi kemajuan nasional bangsa Indonesia.
 
Kelima, proses demokrasi yang sedang berjalan, pada saatnya akan mengalami kematangan.
 
Pada saat itu, kata dia, masyarakat Indonesia bisa memilih pemimpin yang diperlukan untuk memandu, memberi contoh teladan dan memimpin seluruh bangsa Indonesia untuk meraih kemajuan dan kejayaan.
 
Pada hari pertama dalam konferensi ini berbicara pula dari Indonesia, Dekan FISIP UIN Jakarta Prof Dr Bahtiar Effendy dan anggota DPR RI, M. Najib.
 
Sedangkan dari Malaysia turut berbicara pakar media dari Universitas Malaya, Prof Datuk Dr Abdul Latif Abu Bakar, mantan duta besar Malaysia, B. A. Hamzah, dan pelaku media di Malaysia, Zainon Ahmad.
 
Namun demikian, dia mengingatkan bahwa bangsa Indonesia harus menyadari bahwa bangsa lain di dunia yang sudah maju tidak akan pernah mau melihat bangsa Indonesia maju karena mereka mempunyai kepentingan ekonomi, politik dan pertahanan keamanan.(K-5)

Merindukan Kerajaan Nusantara Abad-21

Indonesia dulu pernah jaya dan disegani oleh dunia, ketika itu diwakili oleh Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 dan Majapahit pada abad ke-14. Pada masa jayanya kerajaan Sriwijaya menguasai seluruh Sumatera, sebagian Jawa, bahkan hingga semenanjung Melayu. Jalur perdagangannya jauh menyeberangi lautan hingga ke negeri Cina dan India serta Sri Lanka. Oleh karena itu Kerajaan Sriwijaya dapat dikatakan sebagai kerajaan maritim pertama di Nusantara (lihat om Wiki disini). Serbuan kerajaan Colamandala dari India menghancurkan jalur perdagangan sekaligus meruntuhkan masa jaya kerajaan ini pada abad ke-12.

Tujuh abad kemudian giliran Kerajaan Majapahit, dengan patihnya Gadjah Mada yang terkenal dengan Sumpah Palapa, bergantian menguasai Nusantara dan wilayah sekitarnya. Cakupan wilayah Majapahit jauh lebih besar daripada Sriwijaya, meliputi hampir seluruh wilayah Indonesia sekarang, kecuali Padjadjaran, bahkan hingga semenanjung Melayu dan sebagian Philipina sekarang. Walaupun menguasai seluruh Nusantara, namun kerajaan Majapahit juga dikenal sebagai negara agraris yang menyiapkan lumbung-lumbung padi bagi logistik tentara maupun masyarakatnya (lihat Wiki disini). Rajanya yang terkenal adalah Hayam Wuruk, yang bersama Gadjah Mada memulai ekspansi ke seluruh wilayah Nusantara dan sekitarnya. Namun perang saudara melemahkan kerajaan tersebut hingga runtuh pada abad ke-15 di kala kekuasaan kerajaan Islam mulai tumbuh di seantero Nusantara. Kerajaan Mataram pada masa Sultan Agung juga berupaya untuk mengembalikan kejayaan Majapahit, namun keburu gagal karena Belanda sudah terlanjur masuk ke Nusantara.

Bila diperhatikan, siklus kedua kerajaan besar itu berlangsung dalam tujuh abad sekali. Saat ini sudah tujuh abad berlalu dari masa jaya Kerajaan Majapahit, namun belum tampak tanda-tanda ke arah kejayaan bangsa di Nusantara. Demokrasi yang telah dibangun selama ini ternyata belum mampu meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat. Bandul kesejahteraan masih bergoyang pada kelompok-kelompok tertentu yang dekat dengan kekuasaan atau memang berusaha mandiri tanpa tergantung pemerintah. Sementara di sisi lain kondisi masyarakat masih memrihatinkan dan belum mentas, malah cenderung semakin membesar, walaupun data BPS mengatakan sebaliknya.

Di negara-negara timur, kharisma atau ketokohan masih ikut menentukan hidup matinya suatu bangsa. Negara-negara berbasis kerajaan hidupnya relatif tenang dan agak sedikit makmur karena masih ada raja yang dihormati rakyat, bisa dilihat pada Kerajaan Jepang, Thailang, Brunai, Saudi, dan Kerajaan Federal Malaysia. Walaupun ada pergolakan, namun ketika sang raja turun tangan, situasi menjadi reda seperti kejadian di Thailand. Demikian pula negara-negara berbasis semi kerajaan seperti Singapura, Cina, Vietnam, perlahan namun pasti merangkak maju ke depan. Namun ketika negeri yang benar-benar menerapkan demokrasi secara utuh, ketika sang tokoh yang dicintai tidak ada lagi, pergolakan seolah terjadi hampir setiap periode tertentu. Lihat di India, Pakistan, Philipina, Libanon, Suriah, cenderung kekerasan lebih mengemuka daripada musyawarah. Indonesia masih lumayan, tidak sampai terjadi kekerasan, namun pergolakan seolah tiada habisnya. Hanya Korsel dan Taiwan mungkin yang tidak terlalu kedengaran dan relatif lebih makmur dari yang lain. Rasanya lelah sudah berdemokrasi bila rakyat dan pemerintahnya belum menjadi dewasa.

Siklus 700 tahun & Trend Kejayaan Indonesia

Ada tulisan menarik dari rekan Ippho Santosa.

Kalo kita terbiasa mencari & mengamati suatu Trend, terlihat ada trend kejayaan Indonesia yang puncaknya berulang dengan siklus setiap 700 tahunan.

Apakah trend tersebut akan berlanjut?

"History repeat itself"?

——————–

Subject: Rahasia 700 Tahun !!!

Ada satu fenomena menarik:

— Pada 700 tahun yang pertama, tepatnya pada abad ke-7 negeri ini pernah jaya. Kita mengenalnya sebagai Sriwijaya.

— Dan 700 tahun pun berlalu. Pada 700 tahun yang kedua, tepatnya pada abad ke-14, negeri ini kembali jaya. Kita mengenalnya sebagai Majapahit.

— Dan 700 tahun pun berlalu. Sekarang, pada 700 tahun yang ketiga, tepatnya pada abad ke-21, semestinya negeri ini kembali jaya. Kita terlanjur mengenalnya sebagai Indonesia.

Sungguh, siklus jaya 700 tahun ini amat kami yakini. Itu pula yang spiritualis Ary Ginanjar yakini. Bahkan motivator Malaysia, Billi Lim, terang-terangan menegaskan kepada kami bahwa bintang Asia berikutnya adalah Indonesia. Bukan China! Bukan India! Bukan pula Malaysia –negerinya Billi Lim! Salah satu alasannya, krisis ekonomi yang tiada henti dan bencana alam yang silih berganti telah menempa stamina kita. Bagaimana menurut Anda?

Abad Ini Adalah Masa Keemasan Bagi Indonesia?

Sebelumnya untuk diketahui sebelumnya, Allah memberikan kejayaan kepada suatu kaum setelah melalui berbagai macam rintangan, halangan, cobaan maupun bencana. Karena hakikinya cobaan itu datang diikuti dengan kenaikan level, tingkat dan semacan itu

Nah, kalau ada yang bertanya apa hubungan antara pola, cobaan dan masa keemasan Indonesia? Maka simak ulasan singkat dibawah ini.
Secara pola yang ada, Allah memberikan kejayaan pada suatu kaum secara bergantian selama kurang lebih 7 abad. Dan tentunya sebelum memberikan kejayaan itu Allah memberikan cobaan terlebih dahulu. Berikut ini kaum-kaum tersebut:

1. Kerajaan Romawi
Abad 1-7
Kerajaan ini memperoleh kejayaan dan dikenal di seluruh penjuru dunia karena penakhlukannya yang hebat. Sebelum kerajaan ini berjaya, dahulunya merupana sekumpulan kecil kelompok yang berhasil menakhlukkan kerajaan-kerajaan di daratan Italia dan sekitarnya. Setelah abad ke-7, kerajaan tersebut runtuh.

2. Al-Andalus
Abad 7-14
Al Andalus merupakan wilayah di daratan Spanyol yang kala itu ditakhlukkan oleh orang-orang muslim. Disana telah tumbuh peradaban yang sangat hebat. Disaat eropa mengalami dark age atau jaman kegelapan setelah runtuhnya kerajaan Romawi, para ilmuan muslim disana telah menemukan bilangan biner, ilmu bedah, ilmu astronomi, tata kota dan lain-lain. Maka dari itu antara abad ke-7 s.d 14 ini sering disebut Golden Age of Islam.
Cobaan yang diterima bangsa muslim adalah tidak diterimanya agama ini di Arab. Tetapi berkat perjuangan Rasululullah SAW dan rahmat dari Allah, bangsa muslim tumbuh dengan cepat.
Tetapi peradaban bangsa Muslim di Al Andalus ini berakhir pada adad ke-14 karena desakan dari tentara salib.

3. Eropa & Amerika
Abad 14-21
Setelah mengalami cobaan yang berat, yaitu hidup pada masa jaman kegelapan, dimana mereka sangat tertinggal pada segala bidang kehidupan termasuk ilmu pengetahuan, bangsa Eropa mulai bangkit dan kebangkitan itu biasa disebut dengan Renaissance. Setelah mengusir bangsa muslim di Spanyol, mereka menyerap semua ilmu pengetahuan dari Al Andalus, sehingga muncullah nama-nama besar di bidang pengetahuan, seperti Leonardo da Vinci, Issac Newton, Albert Einstein, dll. Maka sejak itu dan sampai sekarang (abad 21), bangsa eropa dan amerika merupakan bangsa paling maju di dunia.
Tetapi keruntuhan mereka sudah terlihat tanda-tandanya. Diawali dengan krisis moneter dan hutang macet di beberapa negara eropa, khususnya Yunani. Moral yang kurang terjaga juga memperparah keadaan. Maka secara pola, abad ini adalah akhir dari kejayaan mereka.

4. Indonesia?
Abad 21-28
Indonesia telah mengalami cobaan yang bertubi-tubi dan sangat pedih. Mulai dari penjajahan belanda, jepang, pemberontakan, krisis moneter, bencana tsunami, lumpur lapindo, gunung merapi, korupsi merajalela.
Nah, maka secara pola, Indonesia masuk dalam kandidat calon bangsa yang berjaya selanjutnya :D
Apakah Indonesia akan mengalami Golden Age-nya? Maka kita sebagai generasi muda yang harus mengusahakannya. Saya yakin pasti itu terjadi :D

Sekian dari saya, semoga bermanfaat untuk teman-teman :D
Wassalamualakum

— Rully Pratama

Senin, 19 Desember 2011

Fakta tentang Albert Einsten

Materi

Beliau termasuk salah satu ilmuwan yang terlibat dalam sejarah terungkapnya Materi dan misterinya. Ceritanya dimulai pada tahun 1900-an,  dimana ketika itu banyak ilmuwan yang berpikir bahwa materi itu berkelanjutan terus menerus, berarti akan selalu dapat dibagi menjadi bagian kecil. Beberapa ilmuwan tidak setuju dengan itu, dan mengajukan bahwa materi terdiri dari beberapa partikel kecil, disebut Molekul. Einstein adalah satu dari sekian ilmuwan yang percaya bahwa materi adalah terdiri dari molekul.

Pada tahun 1905, ketika beliau berumur 26 tahun, Einstein mempelajari "Gerak Brownian". Partikel kecil sekecil debu atau serbuk, ketika ditebarkan di dalam cairan dan dibarkan mengambang bergerak secara acak. Kita juga dapat melihat kejadian itu melalui mikroskop. Gerak ini disebut gerak brownian, dan bayangkan sebelum tahun 1905 tidak seorangpun mengetahui tentang penyebabnya.

Einstein mewujudkan bahwa jika cairan terbuat dari molekul kecil yang selalu bergerak, ini akan menjelaskan Gerak Brownian. Molekul menurut beliau terkadang menabrak partikel debu dan menyebabkan bergerak ke arah berbeda – seperti apa yang terjadi pada bumper mobil. Einstein menggunakan matematika untuk memprediksi bagaimana debu harus bergerak dan ia benar. Beliau juga menemukan bagaimana cara untuk mengukur molekul.

Karya Einstein menunjukkan bahwa materi terbuat dari molekul. Sejak tahun 1905, kita telah belajar banyak tentang molekul dan atom yang membuat berbagai jenis materi. Karya ini mempunyai banyak aplikasi dalam tekhnologi (termasuk chip komputer), dan masih  merupakan area penelitian yang penting.

Awal mula Teori Kuantum

Anda tahu partikel kesayangan dari Einstein? Ya, Foton. Itu karena einstein menghabiskan banyak waktu untuk berpikir tentang cahaya. Pada awal tahun 1900an, sebagian besar eksperimen menunjukkan bahwa cahaya berperilaku seperti gelombang. Tetapi pada tahun 1905, Einstein mengusulkan bahwa cahaya seringkali berperilaku seperti gelombang, sekaligus seringkali berperilaku seperti partikel. Wow, sangat membingungkan. Cahaya, seperti katanya, adalah seperti bungkusan kecil energi (ya sekarang kita menyebutnya foton, tidak lagi menyebut sebungkus energi). Setiap foton mempunyai jumlah energi tertentu, atau disebut kuantum (itu karena jamak, kalau bentuk tunggalnya kuanta).

Dari karya yang diciptakan seorang fisikawan bernama Max Plank, Einstein menemukan suatu persamaan untuk energi foton (E=hv). Dia menggunakan persamaan ini untuk menjelaskan efek fotolistrik – suatu misteri ketika cahaya berinteraksi dengan bahan metal. Efek fotolistrik tidak masuk akal jika kita berpikir bahwa cahaya berperilaku seperti gelombang, tetapi masuk akal jika kita memikirkan bahwa cahaya sebagai partikel foton (Reaksi Ionisasi). Einstein menerima Penghargaan Nobel pada tahun 1921.

Karya einstein untuk foton menjadi dasar utama untuk bidang yang disebut Teori Kuantum (Quantum Theory). Banyak hal penting yang dihasilkan dari bidang ini, seperti tekhnologi untuk membuat TV dan komputer (laser, compact disc). Satu hasil terpenting yang mengejutkan bahkan seorang Einstein sekalipun, yaitu teori kuantum tidak memberikan sejumlah hasil yang pasti untuk percobaan, tetapi hanya sebuah probabilitas(seperti dadu, dan kucing maksudnya kucingnya schrodinger)

Kuantum teori menjelaskan bagaimana Alam semesta bekerja pada sekala kecil, tetapi ilmuwan belum mengetahui bagaimana teori kuantum dan teori gravitasi dapat cocok bersama. Ini adalah bidang penelitian yang penting bahwa ilmuwan masih menyelidikinya (string teori, red)

Teori Relativitas Khusus

Apa yang anda lihat jika anda bergerak secepat 186,000 mil per detik (atau kira-kira 299 337.984 Km per detik, wow) atau disingkat kecepatan cahaya, Einstein menghabiskan banyak waktu juga untuk hal ini. Suatu hal yang ia temukan begitu aneh bahwa orang harus mulai berpikir tentang alam semesta dengan cara yang sama sekali baru.

Einstein menemukan bahwa ruang dan waktu itu terhubung, dan lebih baik membicarakannya menjadi satu hal saja – Ruangwaktu. Dia menunjukkan bahwa objek akan bertambah berat ketika mereka bergerak lebih cepat, dan mereka akan menyusut ukurannya ke arah mereka bergerak. Waktu juga terlihat lebih lambat di jam ketika bergerak cepat pada waktu diam. Kita tidak melihat efek ini setiap hari karena mobil dan sepeda tidak cukup cepat untuk mengalami perubahan yang dapat kita ukur.

Karya ini adalah bagian dari Teori Relativitas Khusus. Disebut spesial karena ini hanya diaplikasikan ketika objek bergerak pada kecepatan konstan (tak berubah). Einstein kemudian membuat Teori Relativitas Umum yang membicarakan tentang apa yang terjadi ketika objek mengalami kenaikan kecepatan atau melambat.

Persamaan yang mungkin anda jg pernah mendengarnya atau mungkin melihat di kaos seorang teman atau stiker E=mc^2 adalah hasil teori Relativitas Khusus. Persamaan ini menunjukkan bahwa Energi dan massa adalah dua bentuk hal yang sama, dan bahwa sedikit massa dapat dirubah menjadi energi yang sangat banyak. Pengetahuan ini membantu kita memahami bagaimana bintang-bintang menghidupi dirinya, dan bagaimana untuk membuat senjata nuklir.

Albert Einstein

Albert Einstein lahir pada tanggal 1879 di Jerman Selatan. Ibunya adalah seorang pemain piano yang berbakat, dan Einstein memiliki pelajaran biola ketika dia masih sangat muda. Einstein melanjutkan bermain biola sepanjang hidupnya, dan menjadi seorang Violin yang hebat.

Ketika dia berumur lima tahun, Ayah Einstein menunjukkan kepadanya sebuah kompas. Einstein melihat bahwa jarum bergerak dan dia ingin mencari tahu sebabnya. Itulah awal minatnya di bidang fisika, rasa ingin tahu adalah salah satu kualitas terbesar einstein. "Hal yang terpenting adalah jangan berhenti bertanya" katanya

Einstein adalah seorang juru tulis berusia 26 tahun di kantor paten di Bern, Swiss pada tahun 1905 ketika dia membuat karya besarnya Teori Relativitas, Materi, dan Teori Kuantum. Dia menikah dengan Mileva Maric, seorang fisikawan serbia, dengannya beliau memiliki tiga anak. Kemudian dia memegang gelar jabatan profesor di kota Eropa, Zurich, Praha dan Berlin. Saat itu di Berlin pada akhir 1915an beliau menyelesaikan teori relativitas umum, yang menjelakan hubungan antara gravitasi dan ruangwaktu.

Einstein datang ke Institute of Advanced Study di Princeton, New Jersey Amerika pada tahun 1933 setelah Nazi memiliki kekuatan di Jerman. Beliau menghabiskan sisa hidupnya di Princeton, mencoba mencari tahu bagaimana semua bidang fisika dapat disatukan (Theory of Everything). Selain belajar fisika, dan belajar biola, karya Einstein untuk perdamaian dan Hak Asasi Manusia. Dia adalah seorang Yahudi dan mendukung pembentukan negara Israel. Einstein bahkan diminta untuk menjadi presiden kedua Israel, tetapi beliau menolaknya

Einstein lebih dari seorang ilmuwan yang gila dengan rambutnya, Beliau juga seorang yang selalu penasaran, seorang pekerja keras dimana idenya mengubah cara pandang dunia dengan berbagai cara.

Referensi:

http://en.wikipedia.org/wiki/Albert_Einstein

Apakah Waktu Hanya Ilusi?

Oleh : Craig Callender, Profesor Filsafat Universitas California di San Diego

Saat kamu membaca kalimat ini, kamu mungkin berpikir kalau saat ini – sekarang – inilah yang terjadi. Saat ini terasa spesial. Seberapapun kamu dapat mengingat masa lalu atau mengantisipasi masa depan, kamu hidup di masa kini.

Tentu saja, saat anda membaca kalimat di atas tadi tidak lagi terjadi. Sekarang kalimat ini yang anda baca. Dengan kata lain, terasa kalau waktu mengalir, dalam artian kalau masa kini terus menerus memperbarui dirinya.

Kita memiliki intuisi mendalam kalau masa depan terbuka hingga ia menjadi masa kini dan bahwa masa lalu tetap. Saat waktu mengalir, struktur masa lalu yang tetap, masa sekarang yang terjadi dan masa depan yang terbuka dibawa maju dalam waktu. Struktur ini terbangun kedalam bahasa kita, pikiran kita dan perilaku kita. Bagaimana kita menjalani hidup ini bergantung padanya.

Walaupun cara berpikir secara ini alami, kamu tidak akan menemukannya tercermin dalam sains. Persamaan fisika tidak memberitahukan anda kalau peristiwa terjadi sekarang – mereka seperti peta tanpa simbol "disini posisimu". Saat sekarang tidak ada di dalamnya, dan karenanya tidak pula ada aliran waktu. Selain itu, teori relativitas Albert Einstein menunjukkan bukan hanya kalau tidak ada masa kini yang tunggal dan spesial, namun juga kalau semua saat sama nyatanya. Pada dasarnya, masa depan tidak lebih terbuka daripada masa lalu.

Celah antara pemahaman sains mengenai waktu dan pemahaman kita sehari-hari mengenai waktu telah memusingkan para pemikir sepanjang sejarah. Sudah tersebar luas kalau para fisikawan secara bertahap membuang waktu pada sebagian besar sifat yang biasanya kita pahami membutuhkan waktu. Sekarang sobekan antara waktu fisika dan waktu pengalaman mencapai kesimpulan logisnya, dimana banyak ilmuan dalam fisika teoritis mulai percaya kalau pada dasarnya waktu tidak ada.

Gagasan realitas tanpa waktu pada dasarnya begitu mengejutkan sehingga sulit melihatnya bagaimana mungkin bisa selaras. Segala yang kita lakukan, kita lakukan dalam waktu. Dunia adalah sederetan peristiwa yang terikat dalam waktu. Segala

Anda dapat melihat kalau rambut saya mulai putih, kalau benda bergerak, dan seterusnya. Kita melihat perubahan, dan perubahan adalah variasi dari sifat dengan melihat pada waktu. Tanpa waktu, dunia akan sepenuhnya diam. Sebuah teori tanpa waktu menghadapi tantangan dalam menjelaskan bagaimana kita melihat perubahan bila dunia tidak sesungguhnya berubah.

Penelitian terbaru berusaha melakukan hal ini. Walaupun waktu mungkin tidak ada pada tingkatan dasar, ia mungkin ada pada tingkatan tinggi – seperti halnya meja yang terasa padat walaupun sesungguhnya partikel-partikel penyusunnya sebagian besar tersusun dari ruang kosong. Kepadatan adalah sifat kolektif yang muncul dari partikel. Waktu juga demikian, bisa jadi merupakan sifat yang muncul entah dari bahan baku apa yang menyusun dunia ini.

Konsep waktu yang muncul ini memiliki potensi sama revolusionernya dengan perkembangan teori relativitas dan mekanika kuantum satu abad lalu. Einstein mengatakan kalau langkah maju utama dalam mengembangkan relativitas adalah konsep ulangnya pada pengertian waktu. Saat ahli fisika memburu mimpinya untuk menyatukan relativitas dengan mekanika kuantum, kembali mereka merasa kalau waktu adalah sentralnya. Tahun 2008 Lembaga Pertanyaan Landasan (FQXi) mensponsori sebuah kontes karya ilmiah mengenai sifat waktu, dan melihat siapa ahli fisika modern yang mempertimbangkannya dengan serius. Banyak percaya kalau sebuah teori penyatuan akan menunjukkan dunia tanpa waktu. Satu hal yang mereka sepakati adalah bahwa tanpa berpikir mendalam mengenai waktu, kemajuan dalam penyatuan akan mustahil.

Lahir dan Runtuhnya Waktu

Pemahaman akal sehat kita mengenai waktu telah mengalami sederetan perubahan seiring masa. Waktu memiliki banyak hal untuk dilakukan dalam fisika, namun saat fisika maju, tugas ini dipreteli satu demi satu.

Pada awalnya mungkin tidak jelas, namun hukum gerak Isaac Newton memerlukan waktu dalam banyak tampilannya. Semua pengamat pada dasarnya setuju mengenai urutan peristiwa apa yang terjadi. Tidak peduli kapan atau dimana sebuah peristiwa terjadi, fisika klasik beranggapan kalau anda dapat secara objektif mengatakan bahwa peristiwa ini terjadi sebelumnya, sesudahnya atau serentak dengan peristiwa lainnya di alam semesta. Waktu dengan demikian memberikan urutan lengkap semua peristiwa di alam semesta. Simultanitas adalah sebuah fakta mutlak yang bebas pengamat. Lebih jauh, waktu pastilah sinambung sehingga kita dapat mendefinisikan kecepatan dan percepatan.

Waktu klasik harus pula memiliki istilah durasi – apa yang ahli fisika sebut sebagai metrik – sehingga kita dapat mengetahui berapa jarak waktu sebuah peristiwa dengan lainnya. Dengan mengatakan kalau pelari olimpiade Usain Bolt dapat berlari dengan kecepatan 43 km per jam, kita perlu memiliki ukuran seberapa panjang satu jam itu. Seperti urutan peristiwa, durasi bersifat bebas pengamat. Jika Ani dan Budi meninggalkan sekolah jam 3 sore, pulang lewat jalan berbeda, dan tiba dirumah jam 6 petang, jumlah waktu yang berlalu bagi Ani dan Budi adalah sama.

Pada dasarnya, Newton mengajukan kalau dunia memiliki jam utama. Jam ini secara unik dan objektif memahat dunia dalam saat-saat waktu. Fisika Newton mendengarkan detakan jam ini saja. Newton juga merasa kalau waktu mengalir dan kalau aliran ini memberi kita panah untuk menentukan ke arah mana kita di masa depan, walau tampilan ekstra ini tidak terlalu dituntut oleh hukumnya.

Waktu Newton terdengar tua bagi kita sekarang, namun sebuah pemikiran sesaat mengungkapkan betapa hebatnya ia. Tampilannya yang serbaneka – urutan, kesinambungan, durasi, simultanitas, aliran dan panah – masuk akal dan logis, namun semuanya menempel pada satu jam utama yang disebut "waktu" oleh Newton.

Rakitan tampilan ini begitu berhasil sehingga bertahan selama hampir dua abad. Lalu muncul serangan akhir abad ke 19 dan 20. Pertama adalah karya fisikawan Austria, Ludwig Boltzmann, yang berpendapat kalau, karena hukum Newton berlaku sama baik maju maupun mundur dalam waktu, waktu sendiri tidak punya arah. Lalu ia mengajukan kalau perbedaan antara masa lalu dan masa depan tidaklah intrinsik dalam waktu dari asimetri dalam bagaimana materi di alam semesta tersusun. Walau ahli fisika masih memperdebatkan detail proposal ini, Boltzmann dengan meyakinkan mencabut satu tampilan waktu Newton.

Einstein melakukan serangan selanjutnya dengan menyingkirkan gagasan simultanitas mutlak. Menurut teori relativitas khususnya, peristiwa apa yang terjadi pada waktu yang sama tergantung pada seberapa cepat kamu bergerak. Arena sejati peristiwa bukanlah waktu atau ruang, tapi kesatuannya: ruang-waktu. Dua pengamat bergerak dengan kecepatan berbeda akan tidak setuju kapan dan dimana sebuah peristiwa terjadi, namun mereka dapat setuju pada lokasinya di ruang waktu. Ruang dan waktu adalah konsep sekunder yang, seperti dikatakan matematikawan Hermann Minkowski, yang dikatakan profesor di universitas Einstein ini, "runtuh, terhapus oleh bayangan."

Dan semuanya bertambah buruk tahun 1915 lewat teori relativitas umum Einstein, yang memperluas relativitas khusus pada situasi dimana gaya gravitasi bekerja. Gravitasi membengkokkan waktu, sehingga kalimat pertama disini mungkin berbeda artinya dengan kalimat kedua. Hanya pada kasus yang langka menjadi mungkin untuk menyelaraskan waktu dan tetap membuatnya selaras, bahkan walaupun secara prinsip.

Anda tidak dapat secara umum memikirkan dunia ini tidak berlipat, detik demi detik, menurut satu parameter waktu. Dalam situasi yang ekstrim, dunia mungkin tidak terpahat menjadi saat saat waktu sama sekali. Menjadi mustahil untuk mengatakan sebuah peristiwa terjadi sebelum atau sesudah yang lain.

Relativitas umum memuat banyak fungsi dengan kata "waktu" tertempel padanya : waktu koordinat, waktu wajar, waktu global. Bersama mereka melakukan banyak tugas waktu tunggal Einstein, namun secara individual tidak satupun yang pantas mendapatkan namanya. Baik fisika tidak mendengarkan jam ini, atau, bila ya, jam tersebut hanya berlaku pada jalan kecil alam semesta atau pada pengamat tertentu saja. Walaupun ahli fisika masa kini mengatakan kalau sebuah teori penyatuan akan menghilangkan waktu, argumen yang bagus dapat diajukan kalau waktu sudah lenyap tahun 1915 dan kalau kita hanya belum terlalu memahaminya saja.

Waktu sebagai Pencerita Besar

Apakah gunanya waktu? Anda mungkin tergoda membayangkan kalau perbedaan antara ruang dan waktu hampir lenyap dan kalau arena peristiwa sesungguhnya dalam alam semesta relativistik adalah balok empat dimensi raksasa. Relativitas muncul untuk meruangkan waktu : mengubahnya menjadi semata satu arah dalam balok tersebut. Ruang-waktu seperti potongan roti yang dapat anda iris dengan berbagai cara, dan menyebutnya "ruang" atau "waktu" hampir semau kita.

Namun bahkan dalam relativitas umum, waktu mempertahankan fungsi yang berbeda dan penting: yaitu, kalau membedakan secara lokal antara arah "serupa waktu" dan "serupa ruang". Peristiwa yang berhubungan dengan serupa-waktu tidak berhubungan secara sebab akibat. Tidak ada benda atau sinyal dapat mencapai satu sama lainnya. Secara matematis, sebuah tanda negatif semata membedakan kedua arah, namun tanda negatif ini memiliki pengaruh yang besar.

Para pengamat tidak setuju mengenai urutan peristiwa mirip-ruang, namun mereka semua setuju pada urutan peristiwa mirip-waktu. Bila satu pengamat merasakan kalau sebuah peristiwa dapat menyebabkan peristiwa lainnya, semua pengamat juga dapat.

Dalam esai saya sendiri untuk kontes FQXi dua tahun lalu, Saya menjelahi apa makna tampilan waktu ini. Bayangkan mengiris ruang-waktu dari masa lalu ke masa depan; tiap irisan adalah totalitas ruang 3-D pada satu saat dalam waktu. Jumlah semua irisan peristiwa terkait serupa-ruang ini adalah ruang-waktu 4-D.

Sebaliknya, bayangkan melihat dunia dari samping dan mengirisnya. Dari sudut pandang ini, tiap irisan 3-D adalah amalgam peristiwa yang aneh yang terkait serupa-ruang (dalam hanya dua dimensi) dan serupa-waktu. Dua metode mengiris ini seperti mengiris sebuah roti baik secara vertikal ataupun horizontal.

Metode pertama umum dipahami ahli fisika, dan juga para penggemar film. Frame dari sebuah film mewakili irisan ruang-waktu: ia menunjukkan ruang pada saat-saat waktu yang berurutan. Seperti penggemar film yang serentak membayangkan plot dan meramalkan apa yang akan terjadi, ahli fisika dapat mengambil sebuah irisan ruang lengkap dan membangun apa yang akan terjadi di irisan ruang lainnya, hanya dengan menerapkan hukum fisika.

Metode pengirisan kedua tidak memiliki analogi yang sederhana. Ia berhubungan dengan memotong ruang-waktu bukan dari masa lalu ke masa depan, namun dari timur ke barat. Sebagai contoh irisan demikian mungkin adalah tembok utara rumah anda ditambah dengan apa yang akan terjadi pada tembok tersebut di masa depan. Dari irisan ini, anda menerapkan hukum fisika untuk membangun sisa rumah anda (dan alam semesta). Bila kedengarannya aneh, ini benar. Tidak segera jelas apakah hukum fisika memungkinkan ini. Namun seperti yang dikatakan matematikawan Walter Craig dari universitas McMaster dan filsuf Steven Weinstein dari universitas Waterloo telah tunjukkan, anda dapat, paling tidak, melakukannya dalam beberapa situasi sederhana.

Walaupun kedua metode mengiris mungkin dilakukan secara prinsip, keduanya sangat berbeda. Dalam irisan normal, masa lalu ke masa depan, data yang anda perlukan di irisan mudah didapatkan. Misalnya, anda mengukur kecepatan semua partikel. Kecepatan sebuah partikel di satu lokasi independen dari kecepatan partikel di tempat lain, membuatnya dapat diukur secara langsung,. Namun dalam metode kedua, sifat partikel tidaklah independen; ia terbentuk dalam cara yang sangat spesifik, atau irisan lain tidak akan cukup membangun yang lain. Anda harus melakukan pengukuran yang sangat sulit pada kelompok partikel untuk mengumpulkan data yang anda perlukan. Lebih parah lagi, hanya dalam kasus khusus, seperti yang ditemukan Craig dan Weinstein, pengukuran ini memungkinkan anda membangun ruang-waktu yang lengkap.

Secara sangat teliti, waktu adalah arah dalam ruang-waktu dimana prediksi yang baik mungkin dilakukan – arah dimana kita dapat mencerikana kisah yang paling informatif. Narasi alam semesta tidak membuka dalam ruang. Ia membuka dalam waktu

Apakah Waktu adalah Sebuah Ilusi?

"Waktu adalah sebuah gambar keabadian yang bergerak." - Plato

Kita cenderung percaya bahwa takdir tidak atau belum ditetapkan dan bahwa seluruh waktu yang telah berlalu menghilang dan terlupakan, tetapi mungkinkah gerakan sesungguhnya hanyalah ilusi belaka? Seorang fisikawan Inggris terkenal menjelaskan bahwa dalam dimensi khusus, waktu sesungguhnya tidak eksis.

"Jika Anda mencoba untuk memegang waktu dengan tangan Anda, ia akan selalu terlepas dari jari-jari Anda," kata Julian Barbour, ahli fisika Inggris dan pengarang "The End of Time: The Next Revolution in Physics," dalam sebuah wawancara dengan Edge Foundation. Ketika pernyataan puitis itu masih bergema di dalam ruangan, Barbour dan para wartawan tersebut mungkin tidak memiliki hubungan sama sekali dengan diri mereka 1 detik sebelumnya.

Barbour percaya bahwa manusia tidak bisa menangkap waktu karena waktu tidak eksis. Meskipun ini bukan teori baru, tapi teori ini tidak pernah sepopuler teori relativitas Einstein atau String Theory.

Konsep alam semesta yang abadi tidak hanya menarik bagi beberapa ilmuwan, tetapi model seperti itu juga mungkin dapat membuka jalan untuk menjelaskan banyak paradoks yg dialami fisika modern dalam menjelaskan alam semesta.

Kita cenderung berpikir dan merasa bahwa waktu pada hakikatnya adalah linier, perjalanan yang pasti mengalir maju dari masa lalu ke masa depan. Ini bukan hanya persepsi pribadi dari semua manusia, tetapi juga konteks di mana mekanika klasik menganalisis semua fungsi matematika dalam alam semesta. Tanpa adanya konsep, ide-ide seperti prinsip kausalitas (sebab-akibat) dan ketidakmampuan kita untuk hadir secara bersamaan dalam dua peristiwa sekaligus akan dipandang dari tingkat yang sama sekali berbeda.

Ide tentang diskontinuitas waktu yang diusulkan oleh Barbour mencoba menjelaskan, dalam konteks teoretis alam semesta terdiri dari banyak poin yang ia sebut "Sekarang (Now)." Tapi "Sekarang-sekarang (Nows)" tersebut tidak dipahami sebagai momen singkat yang berasal dari masa lalu dan akan musnah di masa depan; sebuah "Sekarang" mungkin hanyalah satu dari antara jutaan "Sekarang" yang ada pada kepingan alam semesta abadi dari sebuah dimensi khusus yang mustahil untuk dideteksi, masing-masing terhubung dengan yang lain, tetapi tidak ada yang lebih menonjol daripada yang lainnya. Mereka semua ada pada waktu yang sama.

Dengan kesederhanaan dan kompleksitas tersebut, ide Barbour menjanjikan penjelasan kepada siapa saja yang mempertanyakan mengenai tiadanya waktu sebelum Big Bang.

Barbour berpendapat konsep waktu mungkin akan mirip dengan konsep bilangan bulat (secara keseluruhannya). Secara keseluruhan semua angka sudah ada secara bersamaan, dan akan sangat aneh untuk berpikir bahwa angka 1 ada terlebih dahulu sebelum angka 20.

Pada titik ini, mungkin tak terhindarkan bagi pembaca untuk bertanya, "Apakah kau mencoba meyakinkan saya bahwa gerakan yang sedang saya lakukan dengan tangan saya saat ini tidak eksis? Jika pecahan terkecil dari 'Sekarang-sekarang' tersebut tidak terhubung satu sama lain, bagaimana saya ingat isi dari awal artikel ini? Bagaimana saya ingat apa yang saya makan untuk makan siang? Mengapa saya bangun dan pergi bekerja jika pekerjaan milik 'Saya' tersebut tidak ada hubungannya dengan saya? Jika masa depan sudah ada, mengapa kita harus susah2 berusaha?"

Dilema semacam itu timbul dari ilusi persepsi kita bahwa waktu adalah mengalir, seperti air di sungai. Kita dapat menganggap alam semesta yang abadi sebagai puding vanila yang panjang, bagian tengahnya telah dilumuri cokelat yang menghiasi sepanjang puding tersebut. Jika kita memotong seiris, kita mendapatkan apa yang kita sebut saat ini, sebuah "sekarang."

Dengan asumsi bahwa cokelat di tengah tersebut mewakili kita, kita akan percaya bahwa irisan kita ini adalah satu-satunya yang ada di alam semesta, dan bahwa irisan sebelum dan sesudahnya hanya konsep semata. Gagasan seperti itu tentunya akan terdengar konyol bagi pengamat yag bisa melihat keseluruhan puding tersebut, yang tahu bahwa semua irisan ada pada saat yang sama.

Contoh, Anda dapat mengatakan bahwa "Aku" bukan orang yang sama dengan orang yang mulai menulis kalimat ini. Aku unik, dalam hubungannya dengan masing-masing subyek (Aku-aku yang lain) yang menulis kata-kata sebelumnya dalam paragraf ini. Namun tetap saja, "Kelompok Sekarang" yang tak terhingga ini independen satu sama lain dan tidak akan tercerai berai. Mereka masih membentuk suatu struktur. Mereka adalah blok, keseluruhan puding tanpa coklat.

Dan inilah teori Barbour: Dalam ruang kosmos, masa depan (masa depan kita) sudah ada, disebarkan, dan setiap detik masa lalu kita juga masih ada, bukan sekedar sebagai memori tetapi sebagai sesuatu yang nyata. Hal yang paling menyakitkan bagi manusia, seperti yang dikatakan filosofi Timur, bagaimana caranya untuk memecahkan cetakan tersebut.

Sikap yang bijaksana, adalah mengikuti tujuan yang telah ditetapkan tersebut, berbahagia di tengah puding cokelat kosmis dan mencoba untuk menjalani hidup kita yang unik tersebut dalam bentuk "Kelompok Sekarang" yang sangat kecil.

Sebagian besar dari kita sangat yakin bahwa pada alam bawah sadar, sebuah jam besar terus berdetak setiap detiknya di ruang besar yang disebut alam semesta ini. Namun, di awal abad yang lalu, Albert Einstein telah menunjukkan bahwa realitas temporal relatif terhadap setiap objek di alam semesta, dan bahwa waktu adalah sebuah "subyek" tidak bisa dipisahkan dari ruang angkasa. Bahkan spesialis yang melakukan sinkronisasi waktu di dunia sadar bahwa dunia ini ditangani oleh satuan detik yang penuh keterbatasan, karenanya jam tidak dapat mengukur waktu sama sekali.

Tampaknya, satu-satunya alternatif adalah tenggelam dalam "ilusi sementara" yang tak terhingga ini, menyadari bahwa poin di mana masa lalu kita masih ada dan apa yang kita lakukan tidak berubah. Atau seperti Einstein sendiri berkata, "Orang-orang seperti kita, yang percaya pada fisika, mengetahui bahwa perbedaan antara masa lalu, sekarang, dan masa depan hanyalah sebuah ilusi yang sulit dihilangkan."

Sumber